Di Balik Publikasi: Ketika Buku Lahir dan Membuatnya Mulai Dibicarakan

Saya masih belum paham betul mengapa novel “Partikel” (Dewi Lestari) dan “Sunshine Becomes You” (Ilana Tan) saat terbit begitu mudah menjadi pembicaraan orang. Bisa jadi karena sosok Dewi Lestari, penulisnya, yang mempunyai reputasi cukup besar sebagai bintang. Sebelum menjadi penulis, nama Dewi Lestari dikenal luas sebagai anggota trio RSD (Rita-Sitta-Dewi). Bisa jadi juga karena banyak penggemar Supernova, novel pertamanya yang sejak lama memiliki penggemar fanatik. Saya termasuk salah satu yang pernah ikut (tidak aktif sebetulnya) dalam wadah mailing-list Truedee, dulu. Tapi bagaimana menjelaskan Ilana Tan, ini kan sosok penulisnya saja tidak kita ketahui.

Namun faktanya demikian: dua buku itu lahir dan kehadirannya langsung meraih perhatian pembaca. Bisa jadi banyak faktor di luar yang tadi disebutkan yang memicu/mendorongnya. Apapun itu, saya salut pada tim publikasi kedua buku tersebut, entah dari penerbit atau dari penulisnya sendiri. Dari pengalaman saya memegang publikasi film dan buku, jelas buku lebih menantang daripada film. Film dipermudah oleh industrinya. Durasinya yang pendek, waktu tayang tertentu (paling cepat seminggu), dan tempat pemutaran yang pasti. Sedangkan buku, derajat kesulitannya bisa jadi 4x sampai 7x lebih tinggi. Harus pintar-pintar mengolah isu.

Maka ketika novel “Pulang” akhirnya lahir dari Leila S. Chudori dan saya termasuk yang melihat proses kelahirannya, tantangannya yang segera muncul adalah bagaimana membuatnya mulai dibicarakan. Meletakkannya begitu saja di toko buku sama saja seperti menelantarkan anak rahim penulisnya di penitipan anak. Saya hanya punya strategi komunikasi untuk membuatnya bisa dibicarakan.

Enter first before it’s too late!

Peluang muncul saat ada penyelenggaraan FESTIVAL PEMBACA INDONESIA, even tahunan para pembaca yang diadakan oleh komunitas Goodreads Indonesia pada 9 Desember 2012. Maka strategi publikasinya adalah lekas masuk ke pembaca, bahkan sebelum buku beredar luas di toko buku merupakan jalan yang saya tempuh. Memberi bocoran/sneak peak lewat social media dan membuka lebar kesempatan bagi pembaca untuk bisa membaca lebih dulu di acara festival tersebut daripada membeli di toko buku adalah cara yang lebih ampuh untuk mengkondisikan pembicaraan. Apalagi festival ini diadakan satu hari sebelum novel Pulang didistribusikan di toko buku.


Meet & Greet Leila S. Chudori di Festival Pembaca Indonesia
Strategi itu kemudian diteruskan dengan diadakannya peluncuran novel ini secara terbatas tanggal 12 Desember 2012. Tapi itu bukan masalah, karena persoalan menghadirkan kegiatan acara itu bisa dilakukan dengan reportase langsung lewat Alinea TV – TV Buku #1 di Indonesia dan tentu saja liputan-liputan nasional dari media-media besar yang datang ke peluncuran. Maka tahap awal menumbuhkan awareness pada novel terbaru Leila S. Chudori ini sudah berada di tahap cukup memadai.

Mulai dibicarakan dan membesar

Hasil penghitungan lewat social media monitoring cukup membantu memberi gambaran bagaimana novel Pulang ini mulai dibicarakan. Jelasnya seperti ini:

Statistik Tweetreach.com atas #PulangLSC di Twitter


Di Twitter, tagar #PulangLSC menjangkau 371.916 akun Twitter dan terekspos ke 445.034 pengguna. Tentu saja karena ada beberapa faktor seperti sokongan dari penerbit, teman penulis, komunitas.

Sedangkan Facebook:

Jumlah People Talking This naik 209%


Jumlah likes naik menjadi 112 (+19.15%) orang dan yang penting mulai dibicarakan dengan signifikan kenaikan 209.09% (34 orang).

Jangan dibandingkan dulu dengan dua novel fiksi yang tadi saya sebut lebih awal, tapi boleh dikatakan novel ini berhak untuk dibicarakan sedahsyat dan seramai itu.

0 comments:

Posting Komentar