Di Balik Publikasi: Kisah Perjalanan #Twitteriak Season 1

Obrolan #Twitteriak
SEJAK obrolan #Twitteriak dimulai 3 November 2011 lalu hingga hari ini, banyak orang memberi apresiasi kepada kami sebagai pengelola obrolan mingguan itu. Sebetulnya, hal ini perlu diluruskan. Karena apresiasi ini seharusnya dialamatkan pada semua yang terlibat pada proses penciptaan #Twitteriak hingga menjadi obrolan yang selalu dinantikan: Allah SWT, para penulis, penerjemah, editor, peresensi, penerbit, ilustrator, pendongeng, sutradara, para pembaca, para Tweereaks, dan lainnya.

Sejatinya #Twitteriak hanyalah "wadah" yang diciptakan untuk membuat obrolan mengenai dunia penulisan dan membaca dapat menjadi alternatif selain obrolan politik, ekonomi, gosip, dan lain-lain. Sesekali di ranah twitter tersedia ruang bagi mereka yang punya banyak gagasan itu untuk berbagi, untuk mengungkapkan isi pikirannya. Juga sekaligus memberi ruang bagi khalayak lebih luas untuk bertanya kepada yang membagi, menggali manfaat yang bisa digunakannya sendiri kelak suatu hari nanti.

Belajar dari Banyak Orang, Belajar dari Kesalahan
Sebagai "wadah", obrolan #Twitteriak masih belia. Selama Season 1 ini, lebih banyak belajar dan uji coba. Belajar dari banyak orang. Belajar juga dari kesalahan. Salah satu pokok bahan belajar adalah program sejenis yang lebih dulu hadir: Twitalk.

Twitalk dikreasi oleh Pungkas Riandika (Salingsilang.com)

Twitalk merupakan program wawancara via Twitter kreasi Pungkas Riandika (@pungkas). Soal format, kami banyak belajar dari Twitalk ini. Yang membedakan, hanyalah topik dan tamunya. Kalau Twitalk lebih umum, di obrolan #Twitteriak lebih khusus: seputar buku, film, kondisi sosial dan sejarah dengan tujuan lebih spesifik lagi yakni publikasi. Perjumpaan dengan Twitalk ini terjadi karena kami ikut serta dalam Social Media Festival 2011 lalu dan melihat peluang, seandainya ada wadah khusus hanya untuk dunia menulis dan membaca. Dari sanalah, gagasan ini lahir.



#Twitteriak juga belajar dari Pro Resensi. Pro Resensi adalah program bedah buku yang disiarkan “live” setiap hari Minggu pukul 15.00 -18.00 WIB di RRI Pro 2 FM 105 Jakarta yang jangkauannya meliputi wilayah Jakarta dan sekitarnya. Digawangi oleh Lia Achmadi dan Jimmy Simanungkalit yang berhasil mengemas acara ini secara menarik.

Begitu juga kami belajar pada Radio Buku @radiobuku yang dikelola oleh Muhidin M. Dahlan dari Indonesia Buku. Serta belajar juga pada Lita dan Titi di program Buku Kita VHR Media @VHRRadio 

Ternyata saat belajar dari yang lain, kami juga banyak belajar dari kesalahan. Ternyata tidak mudah mengelola. Ternyata juga perlu menyiapkan banyak hal, termasuk "mesin" yang mendukung. Dari awal Season 1, paling tidak sudah tiga kali kami merombak dan mengganti "mesin": software, pemrograman, mekanisme. Semua didapat dari kesalahan yang kami temukan sewaktu menjalani Season 1.

Soal Tamu, Penjadwalan, Tweereaks
Tamu-tamu yang diundang justru lebih banyak relasi baru, beberapa memang kenalan lama, tetapi jauh lebih banyak tamu yang hadir di obrolan #Twitteriak yang sampai hari ini belum pernah bertatap muka. Tetapi justru menyenangkan bisa berkenalan lebih lanjut dalam jaringan. Inilah wajah para tamu yang sudah mampir di Season 1.

Tamu #Twitteriak Season 1 (3 Nov 2011 - 2 April 2012)

Tamu-tamu ini awalnya dihadirkan atas inisiatif kami, tetapi belakangan para Tweereaks sendiri yang meminta (wishlist). Perubahan signifikan juga terjadi di penjadwalan. Awalnya #Twitteriak dijadwalkan setiap Kamis siang, itupun berdasarkan data tingkat keramaian ranah Twitter. Tapi belakangan, berdasarkan data terbaru para Tweereaks, jadwal dimajukan menjadi setiap Selasa siang dan rupanya keputusan ini tepat karena semakin menyesuaikan dengan perilaku Tweereaks.

Tweereaks adalah sebutan bagi para pemirsa dan peneriak di obrolan #Twitteriak yang ikut ambil bagian dalam mengembangkan obrolan #Twitteriak ini. Istilahnya sendiri muncul dari @sailanrezcan salah satu tweereaks setia #Twitteriak. Pertanyaan-pertanyaan yang diteriakkan mereka inilah sebetulnya yang membentuk obrolan #Twitteriak. Kami pun tidak tahu apa isi pertanyaan sampai gelaran obrolan #Twitteriak dibuka. Ini salah satu keistimewaan obrolan ini. Para tamu bisa 'gelagapan' sendiri diberondong teriakan para Tweereaks.

Eksposur dan Inspirasi
Sejak awal kami peduli pada eksposur dan bukan follower. Sadar sekali, persoalan dunia menulis dan membaca itu bisa jadi dunia yang sepi follower, tetapi dengan sejumput tweereaks yang setia, eksposur kami bisa demikian lebar hingga menjangkau lebih dari 15.000 orang dan eksposur lebih dari 30.000 kesan. 

Tweetreach #Twitteriak per 6 Februari 2012

Apa artinya jangkauan dan eksposur sekian itu? Karena kami ingin, obrolan #Twitteriak ini menginspirasi. Apa yang diobrolkan menjadi sesuatu yang memicu orang untuk menjadi lebih baik dan lebih cinta lagi dalam dunia menulis dan membaca.

Refleksi dan Revisi
Refleksi #Twitteriak di Season 1 adalah pembenahan. Secara internal, kami sadar pengelolaan #Twitteriak harus ditangani oleh orang-orang yang punya semangat besar. Saat ini hanya dua orang terlibat @DamarJuniarto dan @Patipatigulipat saja dan ini ternyata belum memadai. Idealnya ada lagi yang terlibat untuk mengembangkannya.

Revisi, revisi, dan revisi. Ini kunci menuju kesempurnaan, karena ini yang ingin dihadirkan di season-season berikutnya. Termasuk merevisi topik, merevisi pengelolaan, merevisi program, agar kelak obrolan #Twitteriak ini makin besar dan makin dicintai oleh semua.

Demikian catatan kisah perjalanan #Twitteriak yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat.



0 comments:

Posting Komentar